CERPEN DUA PULAU DEWI KEHIDUPAN

 DUA PULAU DEWI KEHIDUPAN

    Dahulu kala, hiduplah sebuah Suku Penjelajah yang suka menjelajahi lautan. Mereka menjelajahi lautan untuk mencari Pulau Nirwana. Di pulau itu, Tanahnya mampu menumbuhkan segala tanaman. Airnya mengalir dengan jernih tanpa Ada kekotoran. Konon katanya, di pulau ini jugalah mata air keabadian berada. Sebuah air mata yang mampu membuat siapapun yang berendam di sana tidak menua.

    Sekian jauh lautan mereka jelajahi. Sekian banyak pulau-pulau ditapaki. Namun tak kunjung juga Pulau Nirwana mereka temui.

    Suatu hari, badai besar melanda lautan. Awan hitam menyelimuti langit, petir besar menghantam air, dan ombak tinggi menggulung seakan siap memburu siapapun yang melewatinya. Suku Penjelajah pun berjuang keras mengendalikan kapal-kapal mereka untuk melewati badai itu. Namun apa daya, kapal-kapal besar mereka yang kokoh satu persartu tenggelam dimakan ombak. Melihat kapal-kapal lain mulai tenggelam, Ketua Suku berlutut dan mengangkat tangan seraya berkata; “Wahai Dewi Kehidupan, yang meninggikan langit dan menggelar lautan luas, yang melahirkan hewan hewan dan tumbuhan, yang menciptakan manusia dan mengajarinya berjalan, tolonglah kami wahai Ibu Alam, selamatkanlah kami dari badai ini”. Anggota suku yang lain pun ikut berdoa kepada dewi kehidupan setelah melihat pemimpin mereka berlutut dan memanjatkan doa.

    Tak lama kemudian badai pun mereda. Ombak-ombak menenang, petir menghilang, dan matahari kembali menyinari lautan. Di hadapan Suku Penjelajah itu muncul dua pulau yang sama persis kelihatannya. Dewi Kehidupan berdiri di belakang kedua pulau itu. “sudah kupenuhi permintaan kalian. Sebagai gantinya kalian harus penuhi permintaanku” kata Dewi Kehidupan. “tinggalkanlah dua orang pemuda dan dua orang pemudi di masing-masing pulau ini”.

    Kepala Suku kemudian mengadakan undian  delapan orang pemuda pemudi untuk menentukan siapa yang akan pergi. Kemudian mereka menurunkan dua orang pemuda dan dua orang pemudi di masing-masing pulau, kemudian pergi meninggalkan mereka. Para pemuda dan pemudi yang terpilih merasa bingung, mengapa Dewi Kehidupan meminta mereka tinggal di pulau yang sama persis bentuk dan alamnya. Dewi kehidupan kemudian berdiri di hadapan mereka, “Nikmatilah hidup di pulau-pulau ini. Besarkanlah anak-anak kalian. Petiklah buah-buah dari hutan. Buatlah rumah dari kayu-kayu itu. Namun janganlah kalian berlebihan, dan  ingatlah selalu untuk tidak membiarkan Iblis mengambil kekuasaan atas pulau kalian. Suatu hari nanti aku akan mengunjungi kembali pulau-pulau ini, maka barang siapa yang tidak merawatnya akan menanti hukuman yang tidak terbayangkan”. Dewi Kehidupan kemudian menghilang.

    Dimulailah kehidupan pemuda pemudi ini di kedua pulau ini. Beberapa generasi berlalu, masing-masing pulau memiliki gaya kehidupan yang berbeda. Pulau Barat mengutamakan pertanian dan perkebunan, mereka hanya menebang hutan hanya jika diperlukan, dan menanam kembali hutan yang mereka rusak di sisi lain pulau. Sementara Pulau Timur masih mempertahankan tradisi suku mereka, menjadikan nelayan sebagai pekerjaan utama mereka. Banyak pohon-pohon mereka tebang untuk membuat perahu, namun tak ada sekalipun pohon mereka tanam kembali.

    Suatu hari, sekelompok pemuda di Pulau Timur ditugaskan untuk menebang pohon untuk membuat perahu. Pemuda-pemuda itu pergi ke bukit tempat mereka biasa menebang pohon. Alangkah terkejutnya mereka melihat hutan dibalik bukit yang sejuk dan hijau telah berubah menjadi lahan gersang tanpa kehidupan. Pemuda-pemuda itu kemudian kembali untuk memberi tahu Pemimpin mereka. Sesampainya di Desa, mereka menghadap Pemimpin mereka. Mereka berlutut seraya berkata; “Tuan Pemimpin, kita harus segera menanam kembali pohon-pohon yang kita tebang. Jika tidak, kita akan kehabisan kayu”. Pemimpin kemudian berdiri dan berkata; “jangan khawatir, pulau kita ini luas, kita tidak akan pernah kehabisan kayu. Dewi Kehidupan juga tidak akan sadar perubahan yang terjadi di pulau ini”.  “Tapi, kami melihat sendiri kalau hutan di pulau ini akan habis bahkan sebelum Dewi Kehidupan menagih janjinya” kata salah satu pemuda. Pemimpin pun kemudian mengangguk dan meyakinkan pemuda-pemuda itu jika dia akan memikirkan solusi terbaik, maka pulanglah pemuda-pemuda itu ke rumah masing-masing.

    Keesokan harinya, ditemui mayat seorang pemuda dari kelompok yang kemarin, terikat di sebuah tiang di tengah desa. Penduduk desa berkerumun bertanya-tanya apa yang telah terjadi. Pemimpin Mereka kemudian berdiri di tengah kerumunan. Dia mengangkat tangannya seraya berkata; “Lihatlah orang ini, dia telah menghina Dewi Kehidupan. Siapapun yang berani melawan Dewi Kehidupan maka akan berakhir seperti dia. Ingatlah, Dewi Kedupan telah menciptakan pulau ini untuk kesejahteraan kita bersama”. Kerumunan pun mulai berbisik-bisik. Mereka seakan tidak percaya ada orang yang berani menghina dewi kehidupan seperti itu. Tak lama kemudian kerumunan pun membakar mayat yang terikat itu, kemudian menjalankan pekerjaan mereka masing-masing seakan tidak terjadi apa-apa. 

    Beberapa bulan berlalu sejak kejadian itu, keadaan Pulau Timur semakin memburuk. Dari langit tiba-tiba terdengar suara Dewi Kehidupan; “wahai pengurus pulau, empat puluh hari dari sekarang aku akan mengambil kembali kedua pulau ini. Bersiaplah, barang siapa yang tidak menjaga pulau ini sebagai mana mestinya akan mendapatkan hukuman yang tak terbayangkan”. Pemimpin Pulau Timur pun panik, tidak pernah terpikir olehnya jika Dewi Kehidupan benar-benar akan menagih janjinya. Ia selalu berpikir bahwa tidak ada imbalan berarti yang akan didapatkan jika ia mengurus alam pulau yang ia tinggali. Baginya hanya lautlah satu-satunya tempat yang harus dijaga. Bahkan saat pohon di Pulau Timur habis, ia memerintahkan rakyatnya untuk menukar ikan yang mereka tangkap dengan sebagian kayu yang dimiliki Pulau Barat. Sudah terlambat baginya untuk menanam kembali pohon-pohon yang sudah habis ditebang.

    Keesokan harinya, upacara pelantikan Pemimpin Pulau Timur yang baru pun dilaksanakan. Pria Tua dinobatkan menjadi Pemimpin Pulau Timur yang Baru. Selepas penobatan, Pemimpin Pulau Timur yang Baru itu mengajak penduduk pulau pergi ke bukit dekat lahan gersang yang sebelumnya adalah hutan. Kemudian Pemimpin Pulau Timur yang Baru berbisik kemudian mengetuk tongkatnya ke tanah. Dalam sekali ketukan lahan yang tadinya gersang berubah menjadi hutan yang lebat. Kicauan burung terdengar dari kejauhan. Penduduk pulau bersorak gembira karena telah terlepas dari masalah mereka. Mereka memuja-muji Pemimpin Pulau Timur yang Baru sambil melompat-lompat gembira. Namun ada sebagian kecil diantara mereka yang curiga dengan Pemimpin Pulau Timur yang Baru. Mereka yang curiga kemudian pergi ke Pulau Barat untuk mencari perlindungan. Sementara penduduk Pulau Timur yang lain berpesta menyambut Pemimpin Baru mereka.

Hari yang dinantikan pun tiba. Penduduk dari kedua pulau kemudian berkumpul di bibir pantai masing-masing pulau. Dewi Kehidupan turun dari langit untuk mengunjungi kedua pulau miliknya. Dilihatnya Pulau Barat, peradaban mereka makmur, dan alamnya terjaga dengan baik. Dewi Kehidupan kemudian mengangkat tangannya. Dari tangannya itu muncul cahaya menyilaukan yang mengubah Pulau Barat menjadi seperti Pulau Nirwana yang diimpikan leluhur mereka. Penduduk Pulau Barat bersorak gembira setelah tahu mereka berhasil mewujudkan keinginan leluhur mereka untuk tinggal di pulau Nirwana. Tak henti-hentinya puja-puji dan terima kasih mereka berikan untuk Dewi Kehidupan.

Dewi Kehidupan kemudian melihat Pulau Timur. Alangkah kecewanya Dewi Kehidupan setelah melihat Pulau Timur. Hutan-hutan habis ditebang, aliran sungai rusak karena limbah ikan, bahkan udaranya beraroma tidak sedap dan panas.  Dewi Kehidupan terdiam melihat keadaan Pulau Timur yang nampak sangat jauh berbeda kondisinya dengan Pulau Barat. “Mengapa kalian merusak pulau kalian?” kata Dewi Kehidupan. Penduduk Pulau Timur pun terheran-heran dengan apa yang mereka dengar. Di mata mereka Pulau yang mereka tinggali memiliki kondisi alam yang sama seperti Pulau Barat. Mereka kemudian berpencar untuk melihat alam pulau mereka. Alangkah terkejutnya mereka setelah melihat warna asli alam pulau mereka. Lahan gersang, sungai tercemar, bahkan mereka muai mencium aroma tidak  sedap yang menusuk hidung mereka. Mereka kemudian kembali menuju bibir pantai. Pemimpin Lama Pulau Timur kemudian maju dan berkata; “Maafkan kami wahai Dewi Kehidupan, sebelumnya kami sudah menjaga alam pulau kami dengan sangat baik tapi kami tidak mengerti mengapa tiba-tiba alam kami berubah seperti ini”. “Siapa pemimpin kalian?” Dewi Kehidupan bertanya dengan nada marah. Pemimpin Lama Pulau Timur kemudian melirik kerumunan penduduk, kemudian bertanya; “di mana pemimpin kita?”. Penduduk Pulau Timur saling tatap kebingungan. Mereka tidak melihat Pemimpin Pulau Timur yang baru di mana pun juga. “maaf Dewi Kehidupan, kami tidak tahu di mana pemimpin kami” kata Pemimpin Lama Pulau Timur. “Tentu kalian tidak tahu, karena pemimpin baru kalian adalah iblis” kata Dewi Kehidupan. Penduduk Pulau Timur pun terkejut. Ternyata pemimpin baru yang mereka percayai adalah iblis. “karena kalian telah merusak alam pulau dan melanggar  perintahku, maka tiada hadiah yang lebih berarti untuk kalian selain hukuman”. Kata Dewi Kehidupan sambil mengangkat tangannya. Dewi Kehidupan kemudian menghilang. Tiba-tiba air laut di pantai Pulau timur menyurut. Tak lama setelahnya sebuah gelombang besar muncul dan menyapu habis Pulau Timur. Tidak ada yang bisa dilakukan penduduk Pulau Timur kecuali pasrah. Sementara Penduduk Pulau Barat merasakan nikmatnya Nirwana, Penduduk Pulau Timur tenggelam atas dosa yang mereka lakukan.



 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BERKENALAN DENGAN CHARACTER AI, APLIKASI AI YANG BISA DIAJAK NGOBROL